Pertumbuhan
ekonomi merupakan prasyarat untuk mengakselerasikan pembangunan ekonomi keseluruhan.
Intinya, kunci sukses pembangunan adalah terjadinya pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi, pemerataan distribusi pembangunan dan dinamisnya stabilitas
sosial maka perlunya peningkatan dari sisi investasi yang akan menunjang
pertumbuhan ekonomi. Akumulasi dari itu semua tentu akan berdampak terhadap
ekonomi secara makro. Investasi sebagai salah satu penyusun PDB, dan dengan
meningkatnya investasi itu tentu meningkatkan PDB pula. Investasipun berbanding
lurus terhadap tingkat kemampuan masyarakat melakukan pengeluaran. Meningkatnya
investasi maka jumlah akumulasi produksi juga meningkat, untuk meningkatkan
produksi dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak sehingga pengangguran
menurun, pendapatan masyarakat meningkat.
Dengan
meningkatnya pendapatan maka meningkat pula kemampuan masyarakat untuk
melakukan pengeluaran, semakin banyaklah barang dan jasa yang dibeli. Dimana
artinya kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat. Tingginya laju
pertumbuhan penduduk di beberapa bagian di dunia juga menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan
cepat. Di beberapa bagian di dunia ini telah terjadi kemiskinan dan kekurangan
pangan. Fenomena ini menggelisahkan para ahli, dan masing – masing dari mereka
berusaha mencari faktor – faktor yang menyebabkan kemiskinan tersebut.
Menurut Candra Mustika sebagai Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi Universitas Jambi, dalam jurnalnya tentang “PENGARUH
JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA” , Vol.1, No.4 yang diterbitkan pada Oktober 2011 secara umum menjelaskan bahwa sejalan
dengan itu kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk juga
merupakan sasaran utama pembangunan sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Upaya ini juga dilakukan karena jumlah
penduduk dianggap sebagai sumber daya manusia yang potensial untuk memajukan
perekonomian Negara.
Tenaga
kerja merupakan salah satu faktor produksi dalam meningkatkan produksi suatu
perusahaan, dengan jumlah penduduk yang banyak Indonesia memiliki potensi
persediaan tenaga kerja yang cukup banyak tetapi tidak semua yang potensial
tersebut dapat terserap di tiap sektor produksi sehingga menimbulkan
pengangguran. Pertumbuhan tenaga kerja yang kurang diimbangi dengan pertumbuhan
lapangan kerja akan menyebabkan tingkat kesempatan kerja cendrung menurun.
Meski demikian jumlah penduduk yang bekerja tidak selalu menggambarkan jumlah
kesempatan kerja.
Terkait dengan jurnal diatas ada
beberapa cara dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk , seperti yang ditulis oleh
Ida Rafidah dan Arief Wibowo sebagai anggota Departemen Biostatistika
dan Kependudukan FKM UNAIR dalam jurnalnya yang berjudul “Peran KB Sebagai Pengontrol
Laju Penduduk Terhadap Perekonomian Indonesia”. Secara umum
menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara berkembang dengan berbagai jenis masalah yang dihadapi, salah satunya
adalah dibidang kependudukan yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Untuk
mengatasinya pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB). Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan akseptor melakukan Keluarga
Berencana (KB) suntik antara lain pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan,
sikap, jumlah anak, fasilitas kesehatan, fasilitas umum, dukungan tenaga
kesehatan dan dukungan suami. Dalam hal tersebut terdapat Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah dukungan suami sedangkan variable terikat dalam
penelitian ini adalah kepatuhan akseptor melakukan Keluarga Berencana (KB)
suntik.
Tujuan umum adanya program kelurga berencana
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma
Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat
yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Tujuan khusus program keluarga berencana yaitu meningkatkan jumlah penduduk untuk
menggunakan alat kontrasepsi, menurunnya jumlah angka kelahiran
bayi,meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran.
Selain program KB tersebut,
pemerintah juga memerlukan tambahan investasi untuk mendukung kesejahteraan rakyat seperti sarana
pendidikan, kesehatan, dan khususnya di bidang perekonomian masyarakat. Seperti
hal nya dijelaskan oleh Afrizawati Staf Pengajar Jurusan
Administrasi Niaga Politeknik Negeri Sriwijaya , Jurnal Ilmiah Orasi Bisnis –
ISSN: 2085-1375, dalam jurnalnya tentang “Pengaruh Tingkat Penduduk Terhadap
Investment Grade di Indonesia” yang diterbitkan pada Edisi Ke-VI,
November 2011, secara umum bahwa peranan investasi dalam
pertumbuhan ekonomi diprediksi akan semakin meningkat, hal ini didorong
berbagai faktor positif seperti potensi pencapaian investment grade serta
perbaikan iklim investasi dan birokrasi.
Pencapaian
investment grade merupakan bentuk pengakuan terhadap kokohnya fundamental
ekonomi makro Indonesia yang berhasil dibangun pemerintah selama beberapa tahun
ini. Istilah investment grade merujuk pada sebuah peringkat yang
menunjuk utang pemerintah atau perusahaan, memiliki rasio yang relatif rendah
dari default atau gagal bayar sehingga memiliki tingkat kepercayaan yang
berkelanjutan dalam jangka panjang (Syadullah, 2011: 1). Investment grade diberikan
kepada suatu negara yang memiliki fundamental ekonomi yang kuat, stabilitas
politik jangka panjang yang stabil dan memiliki manajemen anggaran pemerintah
serta kebijakan moneter yang solid. Keseluruhan faktor tersebut dapat
diprediksi serta di tandai dengan defisit anggaran yang rendah, rasio hutang
rendah dan inflasi yang terkendala di berbagai sektor.
Adanya
pemberian peringkat label Investment grade dalam hal ini lembaga
pemeringkat internasional yaitu Fitch Ratings akan memberikan pengaruh
yang cukup kuat bagi para investor asing untuk menanamkan investasinya ke
Indonesia. Lembaga ini merupakan suatu badan pemerhati dan pemberi peringkat
tingkat kelayakan suatu kelayakan suatu negara utntuk berinvestasi. Kemajuan
positif ini dapat membangkitkan harapan bahwa Indonesia merupakan Negara yang
layak dijadikan tempat berinvestasi aman bagi para investor. Seperti diketahui
sejak krisis moneter tahun 1997, Indonesia kehilangan status Investment
grade, dimana peringkat Indonesia mengalami downgrade, bahkan pernah
dinyatakan default atau gagal, setelah 14 (empatbelas) tahun lepas
menyandang investment grade akhirnya desember 2011 yang lalu, indonesisa
mendapatkan kembali peringkat tersebut.
Peringkat
investasi Indonesia naik dari BB+ menjadi BBB- dengan outlook
stable. Seperti diketahui bahwa investasi merupakan salah satu faktor
pendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara yang di tandai dengan meningkatnya
kegiatan volume investasi baik penanaman modal asing maupun domestik, sehingga
kedepannya akan memberikan efek positif yang signifikan terhadap perekonomian
secara makro, implikasi ini dapat terlihat pada perubahan nilai tukar, imbal hasil
obligasi pemerintah dan pasar kredit. Indikator-indikator itu menunjukkan bahwa
ekonomi Indonesia sebenarnya tidak kalah dibandingkan ekonomi negara-negara
yang telah memperoleh peringkat investment grade.
Pertumbuhan
ekonomi merupakan prasyarat untuk mengakselerasikan pembangunan ekonomi
keseluruhan. Intinya, kunci sukses pembangunan adalah terjadinya pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, pemerataan distribusi pembangunan dan dinamisnya
stabilitas sosial maka perlunya peningkatan dari sisi investasi yang akan
menunjang pertumbuhan ekonomi. Meskipun telah mengalami kenaikan peringkat
investasi, Indonesia masih dihadapkan pada tiga masalah penghambat laju
pertumbuhan ekonomi. Ketiga masalah itu adalah birokrasi, korupsi, dan
infrastruktur. Sosiolog asal Jerman, Max Weber, mengatakan birokrasi merupakan
prasyarat bagi pembangunan ekonomi dan upaya penciptaan industri modern. Tanpa
birokrasi tidak akan mungkin dicapai ekonomi modern berkelanjutan,
industrialisasi yang cepat, dan take-off into selfsustained growth (Giddens,
1985: 195).
Akumulasi
dari itu semua tentu akan berdampak terhadap ekonomi secara makro. Investasi
sebagai salah satu penyusun PDB, dan dengan meningkatnya investasi itu tentu
meningkatkan PDB pula. Investasipun berbanding lurus terhadap tingkat kemampuan
masyarakat melakukan pengeluaran. Meningkatnya investasi maka jumlah akumulasi
produksi juga meningkat, untuk meningkatkan produksi dibutuhkan tenaga kerja
yang lebih banyak sehingga pengangguran menurun, pendapatan masyarakat
meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan maka meningkat pula kemampuan
masyarakat untuk melakukan pengeluaran, semakin banyaklah barang dan jasa yang
dibeli. Dimana artinya kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar